Pasang Ri Kajang sebagai Sumber Inspirasi Penulisan Karya Sastra

Oleh: Andhika Daeng Mammangka, S.S

Sekelumit Dunia Sastra
Adalah hal yang menarik mencermati dunia sastra belakangan ini di Indonesia dan dunia. Betapa tidak, sastra di berbagai jenis karya sepertinya telah menjadi jalan lain selain agama untuk menawarkan nilai dan kearifan dalam menjalani kehidupan sebagai ummat manusia. Jika agama masih tampak tercurigai dengan agama lain dalam menyampaikan kebenaran, justru sastra tampaknya dapat dapat menembus batas agama, bangsa ataupun komunitas masyarakat tertentu. Kita bisa menyimak pesan (sastra/teks) kemanusiaan dan perdamaian Mahatma Gandhi atau Bunda Teresa yang keduanya dari India.

Mahatma Gandhi adalah sosok pria beragama Hindu yang memimpin rakyat India untuk merdeka dari kekuasaan Inggris pada tahun 1947, “Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan; manakala kebencian membawa kepada kemusnahan.” Sementara itu, Bunda Teresa yang seorang missionaris katolik , memiliki keluhuran jiwa dengan menjadi pemerhati penderita lepra, HIV, orang miskin, sekarat dan sebagainya. Salah satu pesannya yang menarik adalah “Kebaikan yang engkau lakukan hari ini, mungkin saja besok sudah dilupakan orang; tapi bagaimanapun, teruslah berbuat baik.”(google.com)

Untuk karya sastra, kita bisa menyimak/memetik nilai dari karya Anton Chekov dan Vadlimir Nabokov dari Rusia, atau A.A. Navis danPramudya Ananta Toer dari Indonesia. Karya-karya mereka umumnya memotret kehidupan sosialnya dan memberikan inspirasi positif bagi pembacanya.

Di sisi lain, fenomena pasar buku sastra di Indonesia belakangan ini juga tampak mengalami kebangkitan. Ini dapat dilihat dengan munculnya buku-buku sastra yang merajai pasaran buku di toko buku. Walaupun masih beranjak perlahan namun sudah mulai cukup terasa kebangkitannya. Beberapa tahun silam, ada beberapa buku yang penjualannya menunjukkan angka yang luar biasa, seperti pada Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman dan Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, konon hasil penjualannya mencapai angka milyaran rupiah. Bahkan, kesuksesannya membuat kisah dalam novel tersebut diangkat ke layar lebar.

Fenomena ini mendorong banyak orang untuk kemudian juga mulai menulis sebab faktanya, menulis bisa menjadi pekerjaan yang menyenangkan dan memberikan keuntungan ekonomi. Namun, harus disadari bahwa buku yang baik secara sastrawi belum tentu harus menjadi best seller atau laku di pasaran. Buku-buku yang memiliki kandungan nilai sastra yang bagus biasanya malah kurang laku di pasaran. Bukan berarti buku itu buruk akan tetapi, buku yang demikian itu membutuhkan kecerdasan tertentu untuk memahami isinya sementara masyarakat kita di Indonesia bukanlah pembaca yang cermat dan cerdas. Umumnya mereka membaca untuk entertain dan hanya membaca bacaan ringan di masa senggang.

Sastra Sebagai Jendela Budaya
Maman S Mahayana, seorang pemuka sastra di Indonesia di dalam sebuah artikelnya menyebutkan bahwa Sastra sesungguhnya merupakan produk budaya. Ia lahir dari kegelisahan kultural seorang pengarang. Secara sosiologis, pengarang adalah anggota masyarakat, makhluk sosial yang sangat dipengaruhi lingkungan sosial budaya masyarakatnya. Maka, ketika ia memutuskan hendak mengungkapkan kegelisahannya sebagai tanggapan evaluatif atas segala problem yang terjadi dalam komunitas budayanya, representasinya terakumulasi dalam teks sastra. Dengan demikian, teks sastra sebenarnya dapat digunakan menjadi semacam pintu masuk untuk memahami kebudayaan sebuah komunitas.(mahayana-mahadewa.com). Pada konteks ke Bulukumbaan, khususnya Kajang sebagai komunitas budaya tentunya akan ada pertanyaan, apakah ada karya sastra yang terapresiasi dengan baik oleh masyarakat luar Kajang sebagai jendela untuk mengetahui Kajang? Pertanyaan ini bukan untuk dijawab, faktanya; sangat minim karya “orang” Kajang yang terapreasiasi sebagai karya sastra di Indonesia atau bahkan dunia.

Dunia sastra secara umum dikenal dengan dua jenis yakni Sastra Lisan dan Sastra Tulisan. Sastra lisan yang umum mencakup dengan kata-kata bijak/pesan filosofis/nyanyian/mantera/dongeng/fabel dan sebagainya, yang umumnya untuk konteks Bulukumba, hal tersebut pernah hidup dengan baik dalam jiwa masyarakat sebelum gempuran media elektronik yang membuat masyarakat kian berjarak dengan kearifan “sastra”nya. Padahal, di balik itu semua, ada banyak nilai kearifan dalam kehidupan yang dapat membuat kita menjadi lebih humanis dan religius dalam mengarungi kehidupan ini.

Sastra tulisan yang secara umum meliputi puisi, cerpen, novelet, novel, roman, naskah drama/film, essay dan sebagainya adalah alat ekspresi, media penyampaian gagasan/ide, sikap, opini, kisah, argumentasi dan sebagainya, Kesemuanya adalah alat atau media untuk merespons fakta-fakta kehidupan (dari catatan Sutardji Calzoum Bahri, Satu Tulisan Pendek dari Lima Puisi Panjang, google.com).

Kajang dan Sastra Lisan Dulu dan Sekarang
pasang ri kajang
Dalam sebuah kesempatan kunjungan ke Tanah Toa, Ammatoa mengatakan bahwa sebelum semua yang ada di dunia ini dituliskan, semuanya hanya terlisankan atau tersebut dalam “pasang/pesan”. Atau lebih tepatnya disebut Pasang Ri Kajang (berisi pedoman hidup yang diyakini Masyarakat Adat Kajang untuk dunia dan akhirat pra dan pasca Islam masuk), Setelahnyalah baru semua dituliskan. Hal ini menandakan, untuk konteks “Masyarakat Kajang”, sastra lisan hidup dan lestari dalam masyarakat Kajang secara luas. Nanti pada fase moderen atau manusia mengenal tulisan/huruf latin, sastra lisan itu kemudian memudar, tersimpan dalam ingatan tetua masayarakat Kajang. Kecuali dalam Masyarakat Adat Kajang, Sastra Lisan tersebut masih lestari dengan baik dan terwariskan dan tertransformasikan dari generasi ke generasi. Faktanya, masih banyak hal yang belum berubah di dalam kawasan Adat Kajang, terutama tradisi masyarakatnya yang harmonis dengan alam semesta, pola hidup yang sederhana, jujur dan bersahaja.

Pasang Ri Kajang sebagai Sumber Inspirasi Penulisan Karya Sastra
Pasang Ri Kajang (Pesan di Kajang)sebagai sebuah pedoman hidup dunia dan akhirat Masyarakat Adat Kajang tentunya memiliki kedalaman nilai yang luhur sebab hingga kini, pesan tersebut masih tetap diyakini kebenarannya dan dipatuhi ritualitasnya dalam masyarakat adat. Kemampuan mengeliminasi dan bertahan pada modernitas menjadikannya sebagai komunitas yang memiliki identitas dan otentitas yang kontras dengan masyarakat luar Kajang. Bukan hanya karena berpakaiannya yang serba hitam, namun sikap mereka dan menjalani kehidupan yang arif dan bijaksana.

Sebagai pedoman hidup, Pasang Ri Kajang tentunyalah sangat luas dan banyak. Namun, beberapa contoh dapat dikemukakan dalam tulisan ini sebagai bagian dari upaya penggalian nilai Pasang Ri Kajang dalam penulisan karya sastra (hasil penelitian pribadi penulis);

Appa’ Passala Pasang Ri Kajang, Erang Kasalamakang Lino na Ahere
(empat pesan keselamatan dunia dan akhirat)
Buakkang Mata/Menjaga Pandangan Mata
Pansuluq Saqra/Menjaga Tutur Kata
Palampa Lima/Menjaga Gerak Tangan
Angkaq Bangkeng/Menjaga Langkah Kaki

(hasil penelitian pribadi penulis 2006);

Mencermati salah satu Pasang Ri Kajang ini tentunya akan membawa kita pada dialog bathin yang panjang dan mendalam. Dari dialog bathin tersebut, jika kita ingin memberikan apresiasi dan memberikan respons dengan menggunakan media “karya sastra” sebagai penyampai, empat pesan di atas dapat menjadi kekuatan yang sangat dahsyat dan dapat menjadi energi yang akan terus membuat imajinasi kita tumbuh dan merespons fakta-fakta sosial, religi, sikap ataupun fakta-fakta diri pribadi kita.

Jika ditarik ke dalam salah satu fakta “sosial dan politik” maka, ada berapa banyak karya sastra yang bisa lahir dari fenomena sosial politik di Indonesia atas keingkaran-keingkaran (kedustaan) maupun hal yang bersifat positif (bohong/ingkar) atas fakta kekuasaan, birokrasi maupun kemiskinan yang terus tumbuh tak terbendung dan birokrat dan politisi seolah mengeksploitasi/membiarkan dan dalam pidato-pidato mereka menyebutkan bahwa semua baik-baik saja.

Ada banyak ruang kemungkinan yang bisa terjadi dan menarik untuk diolah sebagai sebuah karya sastra dari fenomena “Kajang”, misalnya; realitas cinta pemuda “adat Kajang” yang akan menemukan benturan budaya jika salah satu di antaranya bukan orang Kajang dan memiliki pandangan hidup moderen, Fakta kehidupan Masyarakat Adat Kajang yang menolak Modernitas “listrik dan mesin”, fakta larangan menebang pohon sembarangan, fakta Hukum Adat kajang yang masih eksis, Ritualitas, dan sebagainya, yang tentunya sangat originil dan dapat menjadi hal menarik jika ditransformasikan ke dalam karya sastra.

Hal lain dalam Masyarakat Kajang, luar dan dalam batayya (kawasan adat), sastra lisan masih bisa diperoleh dari penutur yang jumlahnya tak banyak lagi. Umumnya hanya tetua masyarakat kajang, misalnya kisah atau Legenda Tombong Ratu di Laikang Kajang, Legenda Kehidupan Paratiwi atau dunia bawah tanah, Kisah pengislaman Amma Toa pertama di Kajang, Legenda Raksasa, Kisah Pembumihangusan Kajang oleh Belanda tahun 1825, Kisah perseteruan Raja Kajang dengan Raja Bantaeng, dan sebagainya yang kesemuanya memiliki nilai kesastraan yang tinggi dan hingga hari ini, belum pernah tereksplorasi secara massif dan dijadikan sebuah karya satra dalam bentuk puisi, novel, novelet, roman ataupun cerpen.

Hal-hal yang di atas ini adalah sisi lain dari Masyarakat Adat kajang yang dapat menjadi semangat yang luar biasa bagi Masayarakat kajang yang ingin mencoba melakukan “gerakan sastra” dengan menjadikan hal tersebut sebagai titik inti dari pusarannya dalam berkarya.

Peluang dan Tantangan Global
Inggris dan William Shakespeare yang mengarang Romie dan Juliet ratusan tahun silam telah menjadi bacaan yang telah diterjemahkan ke hampir seluruh bahasa di dunia termasuk Indonesia bahkan telah diangkat ke layar lebar dengan berbagai versi. Nizami dengan kisah Laila Majnun yang dikisahkan hampir seribu tahun silam di timur tengah masih tetap bisa diapresiasi hingga hari ini dengan seluruh nilai kehidupan yang ada di dalamnya. Kedua karya sastra yang mendunia di atas adalah fakta bahwa sebuah karya sastra yang baik bias menembus batas geografis, bahasa, budaya bahkan peperangan yang dahsyat sekalipun. Kemampuan sastra tersebut menembus batas membuktikan bahwa ada nilai positif yang dicari pembaca/manusia di balik karya tersebut.

Sangat mungkin bahwa kelak, ada kisah yang berasal dari sebuah kampung kecil yang bernama Kajang dengan segala keunikan, kesahajaan dan kearifannya, yang akan memaksa seluruh bangsa di dunia untuk menerjemahkan karya tentang Kajang tersebut ke dalam bahasa mereka.

Keunikan Kajang dari berbagai sisi adalah peluang untuk menjadi “sesuatu yang mendunia/mengglobal” dan tantangannya adalah apakah lembaga pendidikan di Indonesia secara umum telah menempatkan sastra dan pesastra sebagai bagian penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?

Jawabannya ada di dalam hati dan pikiran kita semua, dengan kembali memberikan pertanyaan sederhana, apakah kita tahu sejarah-sejarah kecil di sekeliling kita dan apakah kita kenal seseorang yang menulis dengan serius tentang “Kajang” atau sejarah-sejarah kecil itu?

Karya Sastra Timur tengah, India, Rusia, Jawa dan sebagainya telah kita nikmati di sini. Pernahkah kita bertanya bahwa apakah “Sastra Kajang” pernah dipreasiasi di negeri mereka? Jika belum, sekaranglah saat yang tepat untuk menggempur negeri dan masyarakat mereka dengan media sosial tanpa batas itu! INTERNET. Kita memiliki peluang. Tantangannya adalah apakah kita menguasai media internet itu?” kita masih terlalu sibuk dengan urusan perut dan belajar main Facebook, mereka telah sampai di bulan dan planet Jupiter.


Kota Bulukumba, 9 Mey 2014
Makalah untuk kegiatan Bahasa Jerman SMA 5 Kajang Bulukumba 2014


Bersumber dari: http://kelongpajaga.blogspot.com/2014/05/pasang-ri-kajang-sebagai-sumber.html
Baca Lengkap....

Teater dan Pluralisme

Dibandingkan dengan media lainnya, teater lebih bersifat multi-dimensi dan karenanya pendekatan teater bersifat holistik. Ada unsur tekstual (unsur cerita, dialog), unsur lakon, unsur pemeran, unsur musik dan artistik.

Unsur yang majemuk ini membuat teater lebih mungkin menyerap berbagai unsur dan keragaman budaya sebanyak-banyaknya. Teater dan pluralisme karenanya bukan hal yang asing. Pertama, dari aspek unsur-unsur teater, dan kedua dari aspek keragaman media dalam teater. Singkatnya, pada dirinya teater itu sendiri terdiri dari pluralitas media dan komunikasi.

Teater pada dirinya terdiri dari berbagai media. Musik, cerita, lakon, kostum, tata-ruang, adalah media dalam teater.

Pluralitas media ini memungkinkan teater menyerap keragaman dan perbedaan budaya. Unsur musik bisa digali dari berbagai kekayaan musik etnis, baik instrumen maupun melodinya. Unsur cerita dapat digali dari persoalan- persoalan setempat, mitologi, legenda dan cerita rakyat. Unsur tata-ruang dan busana dapat digali dari seni arsitektur, dekorasi dan busana setempat. Lalu bentuk teater itu sendiri dapat berupa atau mengadaptasi teater rakyat yang beragam (ketoprak, opera Batak, lenong, ludruk, dan lain-lain).

Meski demikian, pluralisme pada dasarnya sebuah praksis hidup karena merupakan suatu pencapaian. Sebagai praksis hidup, pluralisme dalam teater perlu diupayakan. Ia harus menyentuh dua aspek penting media: (1) konten teater dan (2) pengelolaan.

Pada media cetak, konten meliputi berita, foto berita, fitur, profil, wawancara, opini, dan iklan-iklan. Dan yang juga penting disimak adalah pencitraan melalui kata-kata dan deskripsi. Konten teater harus mendukung pluralisme termasuk bebas bias jender dan kekerasan, meliputi kata-kata, ekspresi tubuh, musik, dekorasi panggung dan cerita itu sendiri. Sedangkan pengorganisasian meliputi pengelolaan teater sebagai organisme hidup. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan teater agar mendukung pluralisme adalah berkeadilan jender dan non-diskriminasi.

Pengambilan keputusan tidak dimonopoli oleh laki-laki dan mengupayakan kepemimpinan bersama (collective leadership) dan praksis bersama (shared praxis).

Berdasarkan alasan collective leadership, team work dan shared praxis tersebut, maka pengelolaan teater mensyaratkan adanya interaksi di antara kepelbagaian dan perbedaan. Pluralisme adalah suatu pencapaian karena itu perlu dibangun mekanisme dan perilaku yang mendukung. Interaksi mengandaikan partisipasi aktif semua pihak. Ada dua hal dalam pengelolaan teater terkait dengan relasi-relasi manusia yang bersifat pengembangan partisipasi:

a) Seluruh anggota teater belajar mengembangkan relasi-relasi dengan sesama anggota. Misalnya, belajar menerima kelemahan dan keunggulan orang lain, belajar toleransi atas perbedaan-perbedaan, belajar menerima kritik, belajar mengembangkan empati dan solidaritas;

b) Pengorganisasian. Pengorganisasian di sini adalah belajar bersama dan bekerjasama. Meningkatnya interaksi diharapkan dapat mendorong anggota untuk lebih menghargai pendapat orang lain dan mengalahkan kepentingan pribadi untuk mencapai tujuan bersama.

Karena itu, Apa Saja Manfaat Teater bagi Komunitas?

Aspek-aspek kehidupan komunitas yang diberdayakan sekurangnya meliputi:
1) Tekstual-konseptual. Bagaimana menggali kekayaan budaya (musik, legenda/mitologi/cerita rakyat, dekorasi, dll.) untuk memperkaya dan memperkuat pementasan? Atau, jika cerita bertolak dari Kitab Suci, maka bagaimana menghidupkan teks-teksnya untuk masa kini?

2) Seni peran yang meliputi artikulasi fisik (tubuh), rasa, suara, dan imajinasi. Anggota teater berlatih menemukan dan mengenali fisiknya (tubuh), menemukan lapisan-lapisan perasaan dan kesadaran, mengartikulasikan ucapan/suara, mengembangkan imajinasi dan berlakon.

3) Meningkatkan kepekaan tubuh melalui olah tubuh, olah rasa, dan olah suara.

4) Analisa sosial bersama. Belajar menemukan, memahami dan memetakan persoalan-persoalan hidup pribadi, kolektif maupun masalah sosial yang lebih luas.

5) Dalam konteks relasi-relasi sosial komunitas, teater mendorong anggota-anggotanya untuk mengembangkan interaksi, partisipasi dalam keberagaman dan perbedaan anggota-anggota teater. Teater juga menyediakan kesempatan untuk belajar pengorganisasian diri (self-organizing) bagi komunitas serta belajar bekerjasama mencapai tujuan bersama. Pengembangan relasi sosial yang menekankan pada interaksi, partisipasi, serta kerjasama dan kerja bersama untuk mencapai tujuan bersama juga menempatkan pementasan teater sebagai sebuah proses ketimbang hasil akhir.

6) Mencipta media. Teater komunitas pertama-tama adalah media rakyat dari, oleh dan untuk komunitas. Penciptaan teater sebagai media komunitas membuka akses rakyat untuk ikut terlibat aktif dalam proses bermedia dan menjadi subyek media dan bukan semata obyek.


Sumber:
MODUL PELATIHAN TEATER UNTUK PENGUATAN KAPASITAS
Sebuah Panduan untuk Fasilitator


Penulis: Thompson Hs dan Rainy MP Hutabarat

Penerbit:
YAKOMA-PGI Alamat: Jalan Cempaka Putih Timur XI/26 Jakarta 10510
Baca Lengkap....

Makalah: Metode Resitasi (Pemberian Tugas)

A. Pengertian Metode Resitasi
Kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling strategis guna mewujudkan tujuan intruksional yang diembang oleh lembaga tersebut. Dalam rangka pelaksanaan fungsi dan tugas instruksional itu diperlukan tenaga pengelola yang terampil dan profesional, karena di tangan para gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan di sekolah.

Kegiatan belajar mengajar harus selalu ditingkatkan, agar proses itu dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Mengingat terbatasnya waktuyang tersedia dalam proses belajar mengajar di kelas, sehingga tidak sebanding dengan banyaknya materi yang akan disampaikan sesuai dengan pesan kurikulum. Kaitannya dengan hal tersebut, seorang tenaga pengajar harus berusaha untuk mencari agar apa yang telah dimuat dalam kurikulum dapat tercapai, terutama dalam memberikan pemahaman yang lebih baik, terarah dan berkesinambungan terhadap suatu konsep.

Banyaknya kegiatan di sekolah dalam kaitannya dengan kegiatan pendidikan dan pengajaran, cukup menyita waktu siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Untuk mengatasi keadaan ini guru harus memberikan tugas-tugas di luar jam pelajaran, sebab bila hanya menggunakan seluruh jam pelajaran yang ada untuk setiap bidang studi tidak akan mencukupi tuntutan pelajaran yang diharuskan seperti yang tercantum dalam kurikulum. Oleh karena itu, dalam kurikulum 2004 disajikan tugas atau pekerjaan rumah sebagai pasangan atau pelengkap kegiatan tatap muka.

Salah satu usaha untuk meningkatkan pemahaman belajar PKn bagi murid sekolah dasar adalah dengan menggunakan metode yang tepat. Banyak metode yang dianggap tepat dalam penyajian materi pembelajaran terutama pada materi PKn, seperti metode ceramah, diskusi dan metode resitasi. Namun yang menjadi fokus pembicaraan dalam kajian ini, adalah metode pembelajaran resitasi atau metode pemberian tugas, karena metode resitasi ini merupakan salah satu metode pembelajaran yang menekankan kepada murid agar dapat belajar, menemukan dan merasakan sendiri kegiatan belajar yang dilakukan. Metode resitasi dalam perspektif Mansyur (1996 : 110) adalah guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, kemudian harus mempertanggungjawabkannya.

Soekartawi (1995: 19) mendefinisikan bahwa metode resitasi adalah suatu cara yang menyajikan bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk dipelajari yang kemudian dipertanggungjawabkan di depan kelas. Juga metode resitasi sering disebut dengan metode pemberian tugas yakni metode dimana siswa diberi tugas khusus di luar jam pelajaran.

Defenisi metode resitasi yang dikemukakan di atas, dapat di deskripsikan bahwa metode resitasi atau pemberian tugas merupakan salah satu cara atau metode mengajar yang menuntut agar siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga ia mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru untuk dikerjakan di luar jam pelajaran.

B. Langkah-langkah Metode Resitasi
Menurut Nasution (1988) dikatakan bahwa pekerjaan rumah dapat berupa:
  1. Pekerjaan rumah sebagai belajar sendiri, misalnya mempelajari satu bab dari buku pelajaran, menterjemahkan bahasa asing, membaca, menghafal, dan sebagainya.
  2. Pekerjaan rumah sebagai sarana latihan, misalnya menyelesaikan soal-soal dari materi yang sudah diajarkan mengenai aturan dan prinsip-prinsip cara menyelesaikannya.
  3. Pekerjaan rumah berupa penyimpulan sejumlah bahan yang berhubungan dengan materi yang akan atau yang telah dipelajari.
Sejalan dengan batasan di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi sasaran tugas adalah pekerjaan rumah sebagai sarana latihan dimana siswa dituntut mengerjakan soal-soal dari materi yang diajarkan.

Pemberian tugas merupakan seperangkat soal-soal yang diberikan kepada siswa untuk dikerjakan di luar jam pelajaran, soal-soal tersebut disusun sedemikian rupa dengan mengacu pada tujuan intruksional khusus yang ingin dicapai dalam setiap kegiatan belajar mengajar di kelas, sebagaimana yang dijelaskan oleh Mulyasa (2007 : 113) bahwa agar metode pemberian tugas terstruktur dapat berlangsung secara efektif, guru perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Tugas harus direncanakan secara jelas dan sistematis, terutama tujuan penugasan dan cara pengerjaannya.
  2. Tugas yang dberikan harus dapat dipahami peserta didik, kapan mengerjakannya, bagaimana cara mengerjakannya, berapa lama tugas tersebut harus dikerjakan, secara individu atau kelompok, dan lain-lain.
  3. Apabila tugas tersebut berupa tugas kelompok, perlu diupayakan agar seluruh anggota kelompok dapat terlibat secara aktif dalam proses penyelesaian tugas tersebut, terutama kalau tugas tersebut diselesaikan di luar kelas.
  4. Perlu diupayakan guru mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan oleh peserta didik. Jika tugas diselesaikan di luar kelas, guru bisa mengontrol proses penyelesaian tugas melalui konsultasi dari peserta didik. Oleh karena itu dalam penugasan yang harus diselesaikan di luar kelas, sebaiknya peserta didik diminta untuk memberikan laporan kemajuan mengenai tugas yang dikerjakan.
  5. Berikanlah penilaian secara proporsional terhadap tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik. Penilaian yang diberikan sebaiknya tidak hanya menitikberatkan pada produk (ending), tetapi perlu dipertimbangkan pula bagaimana proses penyelesaian tugas tersebut. Penilaian hendaknya diberikan secara langsung setelah tugas diselesaikan, hal ini disamping akan menimbulkan minat dan semangat belajar peserta didik, juga menghindarkan bertumpuknya pekerjaan peserta didik yang harus diperiksa.

Demikian pentingnya pemberian tugas itu sehingga siswa dapat lebih mendalami dan menghayati bahan yang telah diberikan. Metode pemberian tugas dapat diartikan sebagai suatu format interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya satu atau lebih tugas yang diberikan oleh guru, dimana penyelesaian tugas tersebut dapat dilakukan secara perorangan atau kelompok sesuai dengan petunjuk pemberian tugas tersebut.

Dengan memperhatikan batasan metode pemberian tugas sebagaimana dikemukakan diatas, maka hal-hal yang hendaknya diketahui guru adalah sebagai berikut:
  1. Tugas ditujukan kepada para siswa secara perorangan, kelompok atau kelas.
  2. Tugas dapat diselesaikan dan dilaksanakan di lingkungan sekolah (dalam kelas atau luar kelas) dan di luar sekolah (rumah).
  3. Tugas dapat berorientasi pada satu pokok bahasan ataupun integrasi beberapa pokok bahasan.
  4. Tugas dapat ditujukan untuk meninjau kembali pelajaran yang baru, mengingat pelajaran yang telah diberikan, menyelesaikan latihan-latihan pelajaran, mengumpulkan informasi atau data yang diperlukan untuk memecahkan masalah, serta tujuan-tujuan yang lain.

Pemberian tugas secara terstruktur setiap selesai proses belajar mengajar juga akan memberikan rangsangan yang berarti bagi obyek didik di dalam usaha lebih mendalami dan menekuni suatu topik/materi pelajaran. Dengan adanya tugas terstruktur obyek didik dirangsang untuk selalu memanfaatkan waktu dengan baik sehingga mengurangi kegiatan di luar kelas (sekolah) yang tidak bermanfaat, yang akhirnya akan menambah pengetahuan bagi obyek didik tersebut. Dengan demikian pemberian tugas secara terstruktur sangat positif dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa dan juga memberikan penekanan tentang posisi esensial dari pelaksanaan tugas secara terstruktur, sebagai salah satu komponen yang terkait dalam proses belajar mengajar yang perlu mendapat perhatian secara wajar.


DAFTAR PUSTAKA

Mansyur. 1996. Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Depdiknas.

Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasution. 1988. Azas-azas Kurikulum. Bandung: Jemmars.

Soekartiwi. 1995. Meningkatkan Efektivitas Mengajar. (Cet. I) Jakarta: Dunia Pustaka Raya.
Baca Lengkap....

Makalah: Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran

Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang.

Konsep pendidikan pada dasarnya membuat siswa memiliki kompetensi tamatan sesuai jenjang sekolah, yaitu pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan melaksanakan tugas atau mempunyai kemampuan untuk mendekatkan dirinya dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan kebutuhan daerah. Sementara itu, kondisi pendidikan di negara kita dewasa ini, lebih diwarnai oleh pendekatan yang menitikberatkan pada model belajar konvensional seperti ceramah sehingga kurang mampu merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Suasana belajar seperti itu, semakin menjauhkan peran pendidikan dalam upaya mempersiapkan warga negara yang baik dan masyarakat yang cerdas (Djahiri, 1993)

Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah model metode pembelajaran demonstrasi. Yang dimaksud metode demonstrasi adalah salah satu cara mengajar, di mana guru melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievalusi oleh guru.

Setiap orang selalu punya kewajiban untuk melakukan tugas tertentu seperti halnya seorang guru di tuntut agar menjalankan kewajiban itu sepenuh tanggung jawab. Setiap kewajiban berisi tugas dan setiap tugas harus di laksanakan.  Tugas yang di laksanakan akan dianggap selesai apabila tujuan yang hendak dicapai sudah terwujud. Seorang guru tersebut harus merasa yakin bahwa jalan yang harus ditempuhnya untuk sampai kepada tujuan dapat dilakukan dengan cara atau metode yang tepat dan cocok untuk diterapkan kepada peserta didiknya.

Adapun cara atau metode yang terbaik untuk diterapkan itu banyak sekali tergantung pada karakteristik peserta didik masing-masing, salah satunya adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif dalam membantu anak didik untuk menjawab kebutuhan belajarnya dengan usaha sendiri berdasarkan fakta dan data yang jelas dan benar yang diperolehnya dari demonstrasi.

Metode Demonstrasi dan Eksperimen ialah suatu upaya pembelajaran atau proses belajar dengan cara praktek menggunakan peragaan yang di tujukan pada siswa dengan tujuan agar semua siswa lebih mudah dalam memahami dan mempraktekkan  apa yang telah diperolehnya dan dapat mengatasi suatu permasalahan yang terjadi sehubungan dengan yang sudah didemonstrasikan.

Karakteristik metode demonsrtasi dapat dilihat dari keunggulan metode deemonstrasi dan kelemahan metode demonstrasi. Keunggulanmetode demonstrasi, antara lain: 1) Perhatian siswa lebih mudah dipusatkan pada proses belajar dan tidak tertuju pada hal-hal lain; 2) Dapat mengurangi kesalahan dalam mengambil kesimpulan, apabila dibandingkan dengan halnya membaca buku karena siswa mengamati langsung terhadap suatu proses yang jelas; 3) Apabila siswa turut aktif dalam sesuatu percobaan yang bersifat demonstrative maka anak didik akan memperoleh pengalaman-pengalaman praktis yang dapat membentuk perasaan dan kemampuan anak, serta dapat mengembangkan kecakapannya.

Kekurangan metode demonstrasi, diantaranya: 1) Demonstrasi akan menjadi metode yang kurang tepat apabila alat-alat yang dimonstrasikan tidak memadai atau tidak sesuai kebutuhan; 2) Demonstrasi menjadi kurang efektif apabila tidak diikuti dengan sebuah aktivitas dimana siswa sendiri dapat ikut bereksperimen dan tidak dapat menjadikan aktivitas itu sebagai pengalaman yang berharga; 3) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas.

B.   Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan topik dalam materi pelajaran yang akan didemonsrtasikan maka rumusan masalah dalam penulisan makalah ini ialah:
  1. Kapan dan bagaimanakah metode demonstrasi digunakan dalam pembelajaran di kelas?
  2. Kapan digunakan metode demonstrasi?
  3. Bagaimanakah metode Demonstrasi digunakan?
C.   Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui waktu yang tepat kapan menggunakan metode demonstrasi materi apa yang dapat didemonstrasikan serta bagaimana cara menggunakan metode demonstrasi.


BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berusaha tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (Makalah Kongres Budaya dan Bahasa Indonesia, 1996:14)

Sependapat dengan pernyataan tersebut, Soetomo (1993:68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain (Soetomo, 1993:120)

Pasal 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional menyebutkan bahwa  pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi, pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada siatuasi tertentu.

B. Definisi Metode Demonstrasi

Metode Demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu petunjuk untuk melakukan sesuatu.

Yang di maksud dengan Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa.

Metode demonstrasi-Animasi dapat memperjelas pengertian dan konsep tindakan yang harus dilakukan. Metode  tersebut dalam prakteknya dapat di lakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode Demonstransi-Animasi cukup baik apabila di gunakan dalam penyampaian bahan pelajaran tata surya, proses teknis peralatan, alran listrik, atau fiqih, misalnya bagaiamana cara berwudu, shalat, memandikan orang mati, tawaf pada waktu haji,dan yang lainnya.

Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif sebab membantu anak didik untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar. Metode ini dapat diterapakan dalam pembelajaran Ilmu Alam, Teknik dan PAI, tetapi, tidak semua pelajaran PAI bisa didemonstrasikan, misalnya masalah aqidah yang menjelaskan iman kepada allah, malaikat, surga, neraka dan lai-lain.

C. Tujuan dan Kegunaan Metode Demonstrasi

Tujuan dan kegunaan metode demonstrasi, antara lain:
  1. Untuk memudahkan penjelasan sebab penggunaan bahasa lebih terbatas.
  2. Untuk membantu anak dalam memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuh perhatian.
  3. Untuk menghindari verbalisme.
  4. Cocok digunakan apabila akan memberikan keterampilan tertentu.
Adapun aspek yang penting dalam menggunakan Metode Demonstrasi adalah:
Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang di Demonstrasikan tidak bisa di amati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alatnya terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak di ikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga. Tidak semua hal dapat di Demonstrasikan di kelas karna sebab alat-alat yang terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan di demonstrasikan.

Dan adapun sebaiknya dalam Mendemonstrasikan pelajaran tersebut guru harus terlebih dulu Mendemonstrasikan dengan sebaik-baiknya, baru di ikuti oleh murid-muridnya yang sesuai dengan petunjuk.

Adapun dalam metode demonstran ini memiliki kelebihan dan ada juga kekurangannya sebagaimana yang akan di paparkan di bawah ini.

D.   Langkah-Langkah Metode Demonstrasi

Beberapa petunjuk penggunaan metode demonstrasi:
  1. Perencanaan: Menentukan tujuan demonstrasi mengoperasikan PLC zelio logic smart relay; Menetapkan langkah-langkah pokok demonstrasi membuat gambar kendali zelio di komputer; dan Menyiapkan alat-alat yang diperlukan seperti PLC trainner dan komputer.
  2. Pelaksanaan: Mengusahakan agar demonstrasi pembuatan gambar kendali zelio di komputer dapat diikuti dan diamati oleh seluruh siswa melalui proyektor; Menumbuhkan sikap krisis pada siswa sehingga terjadi Tanya jawab, dan diskusi tentang masalah PLC zelio logic smart relay; Memberi kesempatan pada setiap siswa untuk mencoba membuat gambar rangkaian kendali zelio di komputer sehingga siswa merasa yakin tentang suatu proses operasi rangkaian kendali PLC zelio logic; Membuat penilaian dari kegiatan siswa dalam demonstrasi menggunakan PLC zelio logic tersebut, seperti gambar hasil karya siswa yang dibuat di komputer.
  3. Tindak lanjut: Pemberian tugas kepada siswa untuk membuat gambar rangkaian kendali PLC untuk lampu lalu lintas; Penilaian terhadap laporan hasil demonstrasi mengoperasikan PLC zelio.
Metode domonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu. Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran. Dalam pelaksanaan demonstrasi guru harus sudah yakin bahwa seluruh siswa dapat memperhatikan dan mengamati terhadap objek yang akan didemonstrasikan. Sebelumnya proses demonstrasi guru sudah mempersiapkan alat – alat yang digunakan dalam demonstrasi tersebut.

Guru dituntut menguasai bahan pelajaran serta mengorganisasi kelas, jangan samapi guru terlena dengan demonstrasinya tanpa memperhatikan siswa secara menyeluruh. Ada beberapa karakteristik metode mengajar demonstrasi dan bagaimana hubungannya dengan pengalaman belajar siswa.

Karakteristik, Pengalaman Belajar, Keunggulan, dan Ketrampilan Metode Demonstrasi:

Prosedur metode demonstrasi yang harus dilakukan dalam pembelajaran adalah: Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam pembelajaran; Memberikan penjelasan tentang topik yang akan didemonstrasikan; Pelaksanaan demonstrsi bersamaan dengan perhatian dan peniruan dari siswa; Penguatan (diskusi, tanya jawab, dan atau latihan) terhadap hasil demonstrasi.

Kesimpulan: Kemampuan guru yang perlu diperhatikan dalam menunjung keberhasilan demonstrasi di antaranya:
  • Mampu secara proses tentang topik yang dipraktekkan.
  • Mampu mengelola kelas, menguasai siswa secara menyeluruh.
  • Mampu menggunakan alat bantu yang digunakan.
  • Mampu melaksanakan penilaian proses
Kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk menunjang demonstrasi, diantaranya adalah:
  • Siswa memiliki motivasi, perhatian dan minat terhadap topik yang didemonstrasikan.
  • Memahami tentang tujuan/maksud yang akan didemonstrasikan.
  • Mampu mengamati proses yang dilakukan oleh guru.
  • Mampu mengidentifikasi kondisi dan alat yang digunakan dalam demonstrasi


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Pembelajaran dengan demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam materi pelajaran yang didemonstrasikan. Penerapan metode metode pembelajaran demonstrasi mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan hasil wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata jawaban siswa menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode metode pembelajaran demonstrasi sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

Metode demonstrasi adalah salah satu metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu dengan jalan mendemonstrasikan terlebih dulu kepada siswa.

Metode ini dapat menghilangkan varbalisme sehingga siswa akan semakin memahami materi pelajaran. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu di perhatikan seperti ketersediaan alat peraga agar metode ini dapat berjalan dengan efektif dan efesien.

B.   Saran

Dari hasil pengamatan penulis di kelas agar proses belajar mengajar  dengan demonstrasi lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

  • Untuk melaksanakan metode demonstrasi memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model demonstrasi dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
  • Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam taraf yang sederhana,  dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
  • Perlu adanya penelitian yang lebih khusus dalam pengunaan metode demonstrasi ini, karena pembelajaran dengan metode ini hanya cocok pada kondisi tertentu saja.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.(1997). Dasar-dasar evaluasi pendidikan : Aplikasi dan penerapannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Depdikbud.(1994). Kurikulum berbasis kompetensi dalam menunjang kecakapan hidup siswa, Jakarta,Bina aksara.

Djahiri, (1993).Landasan falsafah dan teori teknologi pendidikan, Media Kencana, IKIP Jakarta.

Dewi S, Prawiradilaga dan Evelin, Siregar.(2008). Mozaik teknologi pendidikan. Jakarta : Kencana.

Gunawan, Ary H., 1986, Kebijakan-kebijakan Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Bina Aksara.

Khadijah, Nyayu, (2009).Psikologi Pendidikan, Palembang, Grafika Telindo Press, Sumatera Selatan.

Tim KBBI (1996).Makalah Kongres Budaya dan Bahasa Indonesia di Jakarta

Majid, Abdul.(2004),  Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Miarso, Yusufhadi, 1994, Posisi dan Fungsi Profesi Teknologi Pendidikan. Makalah Seminar IKIP Jakarta.

Miarso, Yusufhadi. (2009). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana, Nasution, Jakarta : PT.Bumi Aksara.

Sutomo.(1993). Pembelajaran Menyenangkan Untuk anak-anak Autis. Jakarta: Bumi Aksara.
Baca Lengkap....

Resensi Novel “Siti Nurbaya (Kasih Tak Sampai)” karya Marah Rusli

Sampul Sitti Nurbaya Asli Judul Buku : Siti Nurbaya ( Kasih Tak Sampai )
Pengarang : Marah Rusli
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Terbit : 1992
Tempat Terbit : Jakarta
Tebal : 271 halaman
Tokoh : Siti Nurbaya, Samsulbahri, Datuk Maringgih, Baginda Sulaiman, dan Sultan Mahmud.


Sinopsis
Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, maka bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti cinta ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih.

Pada mulanya usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih. Maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikannya. Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Boleh hutang tersebut dapat dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih.

Menghadapi kenyataan seperti itu Baginda Sulaiman yang memang sudah tak sanggup lagi membayar hutang-hutangnya tidak menemukan pilihan lain selain yang ditawarkan oleh Datuk Maringgih.

Siti Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang cantik dan muda belia harus menikah dengan Datuk Maringgih yang tua bangka dan berkulit kasar seprti kulit katak. Lebih sedih lagi ketika ia teringat Samsulbahri, kekasihnya yang sedang sekolah di stovia, Jakarta. Sungguh berat memang, namun demi keselamatan dan kebahagiaan ayahandanya ia mau mengorbankan kehormatan dirinya dengan.

Samsulbahri yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, terlebih karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya. Pada suatu hari ketika Samsulbahri dalam liburan kembali ke Padang, ia dapat bertemu empat mata dengan Siti Nurbaya yang telah resmi menjadi istri Datuk Maringgih. Pertemuan itu diketahui oleh Datuk Maringgih sehingga terjadi keributan. Teriakan Siti Nurbaya terdengar oleh ayahnya yang tengah terbaring karena sakit keras. Baginda Sulaiman berusaha bangkit, tetapi akhirnya jatuh tersungkur dan menghembuskan nafas terakhir.

Mendengar itu, ayah Samsulbahri, yaitu Sultan Mahmud yang kebetulan menjadi penghulu kota Padang, malu atas perbuatan anaknya. Sehingga Samsulbahri harus kembali ke Jakarta dan ia berjanji untuk tidak kembali lagi kepada keluargannya di Padang. Datuk Maringgih juga tidak tinggal diam, karena Siti Nurbaya diusirnya.

Siti Nurbaya yang mendengar bahwa kekasihnya diusir orang tuanya, timbul niatnya untuk pergi menyusul Samsulbahri ke Jakarta. Tetapi niatnya itu diketahui oleh kaki tangan Datuk Maringih. Karena itu dengan siasat dan fitnahnya, Datuk Maringgih dengan bantuan kaki tangannya dapat memaksa Siti Nurbaya kembali dengan perantaraan polisi.

Tak lama kemudian Siti Nurbaya meninggal dunia karena memakan lemang beracun yang sengaja diberikan oleh kaki tangan Datuk Maringgih. Kematian Siti Nurbaya itu terdengar oleh Samsulbahri sehingga ia menjadi putus asa dan mencoba melakukan bunuh diri. Akan tetapi mujurlah karena ia tak meninggal. Sejak saat itu Samsulbahri tidak meneruskan sekolahnya dan memasuki dinas militer.

Sepuluh tahun kemudian, dikisahkan dikota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat membacok kepala Samsulbahri dengan parangnya.

Samsulbahri alias Letnan Mas segera dilarikan ke rumah sakit. Pada saat-saat terakhir menjelang ajalnya, ia meminta dipertemukan dengan ayahandanya. Tetapi ajal lebih dulu merenggut sebelum Samsulbahri sempat bertemu dengan orangtuanya.

Sekilas tentang penulis dan bukunya

Sampul Sitti Nurbaya Buku ini diterbitkan pertama kali oleh Balai Pustaka pada tahu 1922. Buku yang berjudul Siti Nurbaya ini berhasil menempatkan diri sebagai puncak roman di antara roman-roman lain yang dianggap orang sebagai puncak roman dalam Sastra Indonesia Modern. Penilaian itu tidak didasarkan pada temanya, tetapi berdasarkan pemakaian bahasa dan gayanya yang tersendiri. Buku ini menggunakan bahasa melayu. Oleh karena itu, orang melayu pasti akan lebih mudah membaca dan segera mengerti isinya. Karena terkenalnya sampai-sampai zaman itu dinamai zaman Siti Nurbaya. Roman karyanya ini berhasil pula merebut hadiah tahunan dalam bidang sastra, yang diberikan oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1969.

Dalam karyanya berjudul Siti Nurbaya, Marah Rusli ingin merombak adat yang berlaku pada masa itu dan dianggap sebagai pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia. Pelaku utamanya pada roman ini adalah Siti Nurbaya, Samsulbahri, dan Datuk Maringgih.

Membaca roman Siti Nurbaya kita diajak mengikuti liku-liku kehidupan masyarakat Padang pada masa itu, khususnya kisah cinta yang tak kunjung padam dari sepasang anak manusia, Siti Nurbaya dan Samsulbahri.

Pengarang, dalam hal ini Marah Rusli sebagai pemuda terpelajar memiliki pemikiran jauh lebih maju daripada masyarakat disekitarnya. Ia telah mengenal tata cara hidup dan kebudayaan asing yang sedikit banyak sangat berpengaruh terhadap jiwanya. Dari dasar itu timbul gejolak pemberontak ingin menerobos adapt lama yang mengungkung dengan ketat dan dianggap oleh Marah Rusli sebagai sesuatu yang tidak perlu terjadi.

Marah Rusli

Marah Rusli ini lahir di Padang pada tanggal 7 Agustus 1889 dan meninggal di Bandung pada tanggal 17 Januari 1968. Pengarang ini telah menamatkan SD di Padang pada tahun 1904 dan menamatkan Sekolah Raja (Hoofdenscool) di Bukit Tinggi pada tahun 1910. Setelah tamat Sekolah Dokter Hewan di Bogor pada tahun 1915, ia diangkat menjadi adjunct dokter hewan di Sumbawa Besar, kemudian (1916) menjabat Kepala perhewanan di Bima. Tahun 1918 pindah menjadi kepala peternakan hewan kecil di Bandung, kemudian mengepalai daerah perhewanan di Cirebon. Tahun 1919 menjabat kepala daerah perhewanan di Blitar, tahun 1920 menjadi asisten leraar Kedokteran Hewan Bogor, tahun 1921 menjadi dokter hewan di Jakarta, tahun 1925 pindah ke Tapanuli. Sejak tahun 1929 sampai datang revolusi 1945 menjadi dokter hewan kotapraja Semarang. Selama revolusi tinggal di Solo, kemudian bekerja pada ALRI di Tegal. Tahun 1948 diangkat menjadi lektor di Fakultas Dokter Hewan Klaten dan dalam tahun 1950 kembali ke Semarang. Sejak tahun 1951 menjalani masa pensiun di Bogor, tetapi masih tetap menyumbangkan tenaganya di Balai Penelitian Ternak Bogor sampai akhir hayatnya.

Di samping profesinya sebagai dokter hewan, Marah Rusli terkenal pula sebagai sastrawan karena romannya yang berjudul Siti Nurbaya (Kasih Tak Sampai).

Nilai di dalamnya:
  • Pengarang mengajak kita untuk memetik beberapa nilai moral dari romannya yang terkenal ini, antara lain:
  • Bila asmara melanda jiwa seseorang maka luasnya samudra tak akan mampu menghalangi jalannya cinta. Demikianlah cinta yang murni tak akan padam sampai mati.
  • Demi orang-orang yang dicintainya seorang wanita bersedia mengorbankan apa saja meskipun ia tahu pengorbanannya dapat merugikan dirinya sendiri. Lebih-lebih pengorbanan tersebut demi orang tuanya.
  • Bagaimanapun juga praktek lintah darat merupakan sumber malapetaka bagi kehidupan keluarga.
  • Menjadi orang tua hendaknya lebih bijaksana, tidak memutuskan suatu persoalan hanya untuk menutupi perasaan malu belaka sehingga mungkin berakibat penyesalan yang tak terhingga.
  • Dan kebenaran sesungguhnya di atas segala-galanya.
  • Akhir dari segala kehidupan adalah mati, tetapi mati jangan dijadikan akhir dari persoalan hidup.
Baca Lengkap....